Abdul Karim | Teraslampung.com
BOGOR — Saat ini wisata alam sedang menjadi tren di kalangan masyarakat. Di Indonesia sendiri tersedia banyak pilihan jenis wisata alam yang dapat dinikmati. Mulai dari mendaki gunung, arung jeram, menjelajah hutan atau perkebunan dan banyak lagi lainnya.
Ada banyak hal yang bisa wisatawan dapatkan dari berwisata alam. Seperti keindahan panorama alam, mengenal karekteristik alam itu sendiri, mengetahui banyak jenis tanaman dan tumbuhan serta banyak lagi lainnya. Yang jelas mata wisatawan sangat dimanjakan oleh keanekaragaman alam ini.
Akan tetapi, apakah wisata alam ini tetap dapat dinikmati oleh mereka yang mengalami gangguan penglihatan? Mungkin sebagian dari Kita akan mengatakan tidak. Karena selain alasan keamanan, apa yang bisa mereka dapatkan bila tidak melihat? Begitulah anggapan sebagian besar dari kita tentang mereka yang mengalami gangguan penglihatan. Seakan alam ini hanya dapat dinikmati oleh mereka yang melihat saja.
Akan tetapi anggapan itu tidak berlaku bagi Perkumpulan Kaoem Telapak, sebuah perkumpulan yang kegiatan- kegiatannya memang erat sekali kaitannya dengan alam. Selain itu, sejak awal Desember 2018 telah merangkul penyandang tunanetra untuk diberdayakan tanpa dibedakan.
Di hari jadinya yang keempat, yang jatuh pada Selasa 21 Januari 2020. Ada beberapa rangkaian acara yang Mereka lakukan. Mulai tasyakuran dengan menggelar doa bersama, potong tumpeng, live musik, seminar kopi dan yang paling istimewa adalah piknik kopi bersama tunanetra sebagai puncak acaranya.
Perkumpulan Kaoem Telapak sendiri berpusat di Jl. Sempur Kaler nomor 30 Bogor Tengah Kota Bogor, Jawa Barat. Dan seebagai puncak acara, piknik kopi kali ini dilakukan pada Sabtu, 25 Januari 2020, dengan tujuan perkebunan kopi di Desa Sirna Jaya, Kecamatan Suka Makmur, Kabupaten Bogor.
Butuh waktu tempuh selama 1,5 jam dengan menggunakan mobil untuk sampai ke lokasi dari pusat perkumpulan Kaoem Telapak.
Perjalanan menggunakan kendaraan mobil hanya dapat di lakukan sampai desa Setu Rawa Gede. Selanjutnya perjalanan dilakukan dengan berjalan kaki. Dengan tujuan akhir Villa untuk beristirahat para pengunjung yang terletak di puncak perkebunan kopi.
Sementara peserta piknik kopi kali ini tidak hanya anggota perkumpulan Kaoem Telapak saja. Akan tetapi ada perwakilan dari perkumpulan petani kopi dari berbagai daerah. Seperti JN Coffee Bogor, Kobaki dari Banten Kidul, Kopi Bajing dari Kulon Progo, Kopi Talang20 dari Lampung, dan lainnya. Serta tidak ketinggalan para tunanetra di antaranya Rahman, Septo dan Saya sendiri tentunya.
Kegiatan piknik kopi ini digagas dan dipandu oleh salah satu anggota perkumpulan Kaoem Telapak yaitu bang Andrei atau yang akrab disapa bang Ambon. Beliau adalah salah satu guru Saya dan rekan tunanetra lainnya dalam bidang perkopian.
Selama perjalanan menuju puncak perkebunan kopi medan yang kami lalui bisa dibilang tidaklah mudah. Selain naik turun perbukitan yang sangat curam, lintasan menjadi sangat licin karena hujan. Akan tetapi hal ini tidak menyurutkan semangat kami untuk mencapai puncak. Kami semua saling bahu membahu untuk mencapai puncak. Baik peserta wanita, pria maupun Saya dan peserta tunanetra lainnya sangat kompak dan asyik bercanda satu sama lain.
Sepanjang perjalanan menuju puncak kami juga mendapatkan banyak penjelasan tentang kopi dari Bang Ambon. Bang Ambon bercerita mulai tentang jenis, cara penanaman, perawatan, dan pengolahan kopi yang baik dan benar.
Tentu saja perjalanan ini menjadi sangat berkesan dan mengagumkan bagi peserta non-tunanetra karena bisa menikmati indahnya pemandangan alam.
Saya dan rekan tunanetra lainnya pun sangat menikmati perjalanan piknik kopi ini. Sebab, meski tidak dapat melihat keindahan panorama alam, tapi Kami dibantu mendeskripsikan keadaan sekitar.
Kami pun dapat merasakan segarnya hawa perkebunan yang menyejukan. Dan yang paling mengesankan bagi Kami para tunanetra adalah kebersamaan yang tulus tanpa membedakan dari perjalanan ini.
Dan perjalanan yang semula terasa sangat melelahkan seketika berubah saat tiba di puncak. Vila yang disediakan untuk beristirahat bagi Kami pengunjung sangat menakjubkan. Bukan bangunannya yang megah atau mewah, tetapi karena letaknya yang sangat strategis. Bangunan itu berada persis di belakang vila. Terdapat sungai yang airnya sangat jernih dan segar. Di bagian depan terdapat hamparan perkebunan kopi yang hijau dan mendaki. Sedang di sisi kanan vila terdapat aliran sungai dengan airnya yang jernih dan bebatuan khas pegunungan yang tersambung dengan sungai di sisi belakang.
Dan di sisi kiri vila sedikit menurun selain terdapat cafe untuk bersantai sambil menikmati secangkir kopi juga terhampar pula perkebunan kopi yang hijau. Begitulah menurut penjelasan yang Saya dapatkan dari pemandu dan peserta lainnya.
Setelah beristirahat sejenak dan dilanjutkan dengan makan bersama. Selanjutnya Kami asyik bermain air dan berfoto ria di sisi belakang vila. Dan setelah puas Kami bersiap untuk pulang. Meski harus kembali melalui jalur yang cukup sulit. Tapi tak sesulit saat harus mendaki. Ditambah dengan apa yang telah Kami dapatkan sepanjang perjalanan menuju puncak, kesulitan yang harus Kami lalui untuk menuruni puncak perkebunan menjadi tak berarti.
Dan satu hal yang patut disyukuri adalah tidak terjadi eksiden yang membahayakan. Meski jalur menuju puncak perkebunan tidak mudah untuk dilalyi. Tapi kami tunanetra dapat melaluinya dengan cukup baik karena dibantu oleh peserta piknik lainnya.
Kami sangat menikmati perjalanan wisata alam kali ini. Karena selain dibantu dalam hal mendaki dan sebaliknya.
Kami juga dibantu oleh pemandu piknik dan peserta piknik lainnya untuk deskripsi alam serta apa saja yang terdapat di sekitar Kami selama perjalanan berlangsung, sehingga kami pastikan kembali bahwa wisata alam ini sangat bisa Kami nikmati meski tanpa melihat.
Terima kasih teruntuk perkumpulan Kaoem Telapak yang telah sudi merangkul Kami penyandang tunanetra. Terima kasih juga teruntuk semua peserta piknik kopi yang telah sudi bersahabat dengan Kami. Sehingga membuat Kami semakin yakin bahwa di luar sana masih ada orang- orang yang memandang manusia lain sebagai manusia. Bukan merendahkan atau kasihan karena keterbatasannya.
Semoga perkumpulan serta orang- orang seperti Kalian semakin banyak di luaran sana. Agar kesenjengan sosial semakin terkikis adanya. Dan keadilan sosial dapat Kita rasakan bersama.
*Abdul Karim kontributor Teraslampung di Bogor. Ia adalah alumni SLB Bandarlampung. Ia hobi kuliner, meracik kopi, menulis puisi, dan jalan-jalan.